Jatuh

Kamis, 25 November 2010

Manusia dalam jagad raya ini adalah makhluk yang unik. Keunikannya sangat menarik dimata manusia sendiri, sehingga banyak kajian-kajian tentang manusia terus berkembang karena memang pengetahuan manusia tentang dirinya terbatas. Keterbatasan pengetahuan manusia tentang dirinya menurut Quraish Shihab dalam Wawasan Al Qur’an diantaranya adalah pembahasan tentang mansuia terlambat dilakukan karena perhatian awal tertuju pada alam materi dan ciri khas akal manusia yang cenderung menghindari memikirkan yang kompleks atau sifat akal mansuia yang tidak mampu mengetahui hakekat hidup. Dalam Jurnal kajian Pendidikan Agama~Ta’lim oleh Saipul Anwar saya ambil sebagian tinjauan manusia dalam pandangan Al Qur’am sebagaimana artikel berikut !

Tidak bisa dipungkiri yang tahu meja, baju, atau benda lainnya dalam pengertian yang sebenarnya adalah orang yang membuat meja, baju atau benda lainnya. Intinya yang mengetahui hakikat sesuatu adalah penciptanya sendiri. Dengan demikian yang mengetahui hakikat manusia sebenarnya hanyalah Tuhan dalam hal ini Allah SWT.

Bagaimana pandangan Allah tentang manusia ? Kita bisa menelusuri melalui Al Qur’an dengan firman-Nya yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW 14 abad silam. Quraish Shihab mengatakan bahwa ada tiga kata yang digunakan Al Qur’an untuk menunjuk manusia yaitu (1) insane, ins, dan nas atau unas, (2) basyar, dan (3) bani Adam dan zuriyah Adam

Istilah insan terambil dari kata uns yang berarti jinak, harmonis, dan tampak. Istilah ini , menurut Quraish Shihab lebih tepat dibandingkan dengan pendapat yang mengatakan bahwa insan terambil dari kata nasiya yang berarti lupa atau nasa yang berarti guncang. Dalam Al Qur’an kata insan sering juga dihadapkan dengan kata jin atau jan, yaitu makhluk yang tidak tampak. Kata insan, demikian Quraish Shihab, dalam Al Qur’an digunakan untuk menunjuk manusia sebagi totalitas (jiwa dan raga).

Menurut Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama muncul kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang. Di bagian lain dari Al Qur’an disebutkan bahwa kata basyar digunakan untuk menunjukkan proses kejadian manusia sebagai basyar melalui tahap-tahap sehingga mencapai kedewasaan. Disini tampak bahwa kata basyar dikaitkan dengan kedewasaan dalam kehidupan manusia yang menjadikannya mampu memikul tanggung jawab, sebab itu pula tugas kekhalifahan dipikulkan kepada basyar seperti dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Hijr ayat 28-29. Adapun istilah Bani Adam dan Zuriyah Adam maksudnya ialah manusia itu turunan Adam.

Agaknya perlu kita mengetahui (untuk keperluan pendidikan) bahwa manusia itu, menurut Tuhan memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan manusia ialah :
1. Dijadikan Allah sebagai khalifah (wakil) di bumi (Surat 2:30; surat 6:122). Tentu penunjukkan ini menjelaskan bahwa manusia itu memiliki kelebihan yang banyak
Dimuliakan Allah dan diberi kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain (Surat 17:70)
2. Diberi alat indera dan akal (Surat 16:78; surat 30:8). Karena diberi akal itulah maka manusia harus mempertanggungjawabkan segala keputusannya.
3. Tempat tinggal yang lebih baik dibandingkan dengan makhluk lain dan diberi rezeki (Surat 70:10)
4. Memiliki proses regenerasi yang teratur melalui perkawinan. Lembaga perkawinan tidak diberikan kepada selain manusia.
5. Diberi daya berusaha dan usahanya dihargai (Surat 53:79)

Adapun kelemahan manusia ialah :
1. Manusia adalah makhluk yang lemah (Surat 4:28). HAMKA menambahkan bahwa kelemahan manusia itu terutama ialah lemah dalam mengendalikan hawa nafsu syahwat dan oleh karena itu Allah memberikan jalan keluar boleh poligami sampai empat asal sanggup adil
2. Manusia memiliki kecenderungan nakal. Allah melukiskan kenakalan manusia itu di dalam Al Qur’an. Apabila manusia ditimpa bahaya maka ia berdo’a kepada Allah, tetapi bila ia lepas dari bahaya itu ia kembali ke jalan sesat seolah-oleah dia tidak pernah berdo’a kepada Allah (Surat 10:12; surat 39:8) dan bila manusia memperoleh nikmat ia berkata bahwa nikmat itu berasal dari usaha dan kepintarannya sendiri (Surat 39:49).
3. Manusia itu sombong, tidak mau berterima kasih dan mudah putus asa. Tatkala manusia itu memperoleh nikmat dari Allah, ia berpaling dari Allah dengan sikap sombong, bila ditimpa kesusahan ia mudah putus asa (Surat 17:67; surat 22:66; surat 100:06; surat 11:09, surat 41:51). Sifat ini akan mempersulit mendidik manusia.
4. Manusia itu sering mencelakakan diri sendiri. Manusia lahir dengan anggota badan lengkap; ini merupakan kenikmatan dari Allah. Tetapi nikmat ini tidak disyukuri, bahkan manusia sering melakukan sesuatu yang mencelakakan diri sendiri seperti minum minuman keras, mencuri, berjudi. Perbuatan itu sebenarnya diketahuinya akan mencelakakan dirinya dan orang lain.
5. Manusia itu senang membantah (Surat 16:4; surat 18:54).
6. Manusia itu bersifat tergesa-gesa. Ini sering membahayakan dirinya. Bila ia berdo’a kepada Allah ia ingin segera dijabah (Surat 21:37; surat 17:11). Allah mengingatkan agar manusia tidak tergesa-gesa dalam menyelesaikan urusannya (Surat 75:20). Banyak kegagalan dan penyesalan disebabkan oleh ketergesaan manusia.
7. Manusia itu pelit. Allah melukiskan sifat pelit atau kikir manusia bahwa seandainya seluruh dunia dan isinya diberikan kepada manusia, manusia tetap akan pelit membelanjakan hartanya, manusia itu kikir (Surat 17:100).
8. Manusia itu adalah makhluk suka mengeluh. Mengeluh itu adalah sifat negative dari pandangan psikologi dan permasalahannya tidak pernah terselesaikan dengan mengeluh bahkan seringkali mengeluh itu menambah rumitnya masalah yang dihadapi. Al Qur’an menjelaskan bahwa manusia suka mengeluh (Surat 70:20)
9. Manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat maksiat terus menerus dan bertindak melampaui batas (Surat 75:05). Ia memilki nafsu, nafsu itu mudah dipengaruhi hawa. Nafsu yang dikendalikan hawa, yang disebut hawa nafsu, akan selalu mengajak manusia melakukan kejahatan (Surat 12:35). Bila ia melihat dirinya serba cukup maka manusia itu cenderung berbuat melampaui batas (Surat 96:6~7).

Mudahan-mudahan kita dapat memanfaatkan kelebihan kita dan dapat meminimalkan/menghilangkan kekurangan pada diri kita.

http://adiwarsito.wordpress.com/2010/11/13/manusia-dalam-pandangan-al-quran/

0 komentar:

Posting Komentar

Featured Posts