KEDEWASAANKU seiring berjalan dengan KERAPUHANNYA

Senin, 05 Oktober 2009

Dearest Rojak,

Aku udah ada di rumah, nyampek kemaren tgl 15 pas saat sahur. Alhamdulillah, meskipun ada sedikit kendala di tengah jalan akhirnya aku sampai juga di tanah kelahiran orang tuaku ini, Bima.

Awal melihat rumah, rasanya miris banget. Rumahku semakin tak teratur. Semuanya berantakan dan berdebu. Mungkin semenjak Adekku juga ikut pergi merantau, tak banyak yang bisa Ibu Bapak lakukan. Karena mereka juga mengajar setiap harinya. Lebih mirisnya lagi, Bapakku terlihat kesusahan untuk mengunyah makanan yang agak keras, dari itu aku menyadari harus ku terima bahwa semua orang-orang yang kusayang semakin lama semakin tua dan tak berdaya. Kulit wajah orangtuaku semakin keriput dan menurun. Y Allah, apa yang aku lakukan selama ini? Sudahkah aku membalas seperempatpun dari kasih saying dan lperjuangan mereka?

Y Allah, izinkan aku untuk membalas semua yang telah mereka korbankan untukku.. meskipun aku tahu itu semua takkan bisa terbalaskan dengan apapun.

Masih teringat jelas, tahun pertama kepulanganku semenjak aku kuliah di luar daerah, Bapak dan Ibu masih terlihat segar dan gemuk. Adek dan Aris pun terlihat tambah besar.

Tahun kedua, masih terlihat sehat, tapi ada gurat sepuh di wajah mereka. Apalagi Bapak, gigi depannya sudah gak ada. Karena beberapa bulan silam sempat kecelakaan.

Tahun ketiga, Adekku telah dewasa. Tangannya sudah kekar. Sedangkan Bapak dan Ibukku? Bapak semakin kelihatan kurus dan rapuh. Apalagi Bapak merokok lagi. Badannya semakin terlihat lemah. Mungkin saja Bapak bingung memikirkan biaya yang akan terpakai untuk biaya kuliah aku dan sebentar lagi akan disusul oleh Adekku. Ibu pun semakin renta. Tapi mereka tak mau memperlihatkan kelemahan itu kepada kami. Y Allah…

Dan kali ini, tanggal 15 September. Aku mudik lagi.tanpa kehadiran Abang dan Adek. Hanya kami berempat. Bapak semakin sulit untuk mengunyah makanan yang keras yang aku bawa dari kota tempat aku kuliah. Terlihat jelas di tahun keempat ini gurat perjuangan Bapak dan Ibu untuk kami (ku). Perjuangan melawan kelelahan setelah seharian penuh mengajar di Sekolah Dasar. Masih menyempatkan diri untuk ke sawah. Semua itu hanya untuk mendapatkan biaya yang banyak untuk pendidikan kami. Demi diterimanya kami di masyarakat yang menjadi orang yang berpendidikan tinggi.

Sangat durhaka bagi mereka yang masih bisa tertawa di saat orangtuanya kesusahan mencari nafkah…

Naudzubillahimin dzaalik..

Dimalam Ramadhan yang ke 27 ini…

Di malam umurku yang ke 20 ini…

Kuperdengarkan do’aku…

Y Allah, hanya kepada Mu hamba memohon dan meminta…

Jadikan umur ini menjadi umur yang Kau berkahi, izinkan hamba membahagiakan orang-orang yang hamba sayangi.. khususnya Bapak dan Ibu…

Featured Posts